Hari ini, 22 Desember, Indonesia sedang memperingati hari ibu. Di negara lain, hari ibu diperingati pada waktu yang berbeda – beda. Saya kemudian menjadi tertarik pada dua hal setelah membaca beberapa tweet yang ramai di social media hari ini tentang hari ibu.
Hal pertama yang membuat saya interest adalah tentang bagaimana sejarah lahirnya hari ibu di Indonesia. Tahukah teman – teman bahwa sebenarnya penentuan hari ibu saat kongres perempuan III, 22 Desember tahun 1938 yang kemudian ditetapkan oleh Soekarno untuk diperingati secara nasional lewat dekrit presiden No.316 tahun 1959 punya definisi yang berbeda dengan yang sejauh ini kita ketahui? Saat itu kita tahu bahwa perempuan kurang mendapat perlakuan yang baik daripada pihak laki – laki. Hingga kemudian muncul para pahlawan pembela perempuan seperti Raden Ajeng Kartini, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika dan Nyai Ahmad Dahlan.
Maka sebenarnya mereka yang melakukan kongres perempuan saat itu memiliki visi menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Artinya Soekarno menetapkan 22 Desember sebagai hari ibu juga memiliki latar belakang yang sama dengan kongres perempuan yang memperjuangkan nasib perempuan. Namun sekarang yang terjadi adalah hari ibu diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, memuji jasa para ibu. Hal ini bukan perkara mencari mana yang baik dan mana yang kurang baik. Semuanya peringatan hari ibu dulu dan sekarang memang baik, namun penetapan hari ibu itu memiliki cerita yang harus kita ungkap. Sejarah adalah ilmu yang perlu pembuktian dan fakta. Dan fakta sejarahnya adalah penetapan hari ibu memiliki orientasi untuk memperbaiki kehidupan kaum perempuan. Jika faktanya demikian, maka inilah yang harus kita terima.
Keterkarikan saya yang kedua dari hari ibu adalah konsep hari ibu itu sendiri. Biasanya saat peringatan hari ibu, terjadi fenomena tidak biasa disebuah keluarga yang dialami para ibu. Kalau biasanya dalam keseharian ibu sibuk dengan kegiatan rumah tangganya seperti mencuci, memasak dan membersihkan rumah, maka saat hari ibu, ibu tidak melakukan aktivitas tersebut. Pekerjaan rumah tangga itu tiba – tiba diambil alih oleh anak – anaknya. Si anak – anak ini kemudian menjadi sangat sibuk dan si ibu bisa rileks seharian.
Mungkin teman – teman juga pernah mendengar peribahasa “Kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan” yang artinya kasih anak itu terbatas namun kasih ibu itu tiada hingganya. Menurut saya, apapun alasannya, peringatan hari ibu itu selayaknya diperingati sepanjang waktu, bukan hanya satu waktu. Ibu itu orang yang spesial. Penghargaan baginya tak cukup sekedar perayaan satu hari. Ia harus kita spesial-kan setiap hari bahkan setiap waktu.
Maka janganlah kita terjebak pada konsep hari – hari insidental seperti ini. Lakukan identifikasi dan pemikiran dulu sebelum kita menyatakan setuju pada apapun. Tentu saja peringatan hari ibu ini bertujuan baik dan mulia, tapi alangkah indahnya jika hari ibu ini kita lakukan sepanjang hari dan sepanjang waktu, sesuai dengan kasih sayang ibu yang sepanjang masa. Selamat hari ibu untuk hari ini dan selamanya.
Tasikmalaya, 22 Desember 2013
@asepsandro_del
Hari Ibu, Sejarah dan Kasih Sayangnya
Written By Asepsandro on Sunday, 22 December 2013 | 20:43
Ditulis Oleh : Asepsandro ~asepsandro
Anda sedang membaca artikel berjudul Hari Ibu, Sejarah dan Kasih Sayangnya yang ditulis oleh asepsandro yang berisi tentang : Dan Maaf, Anda tidak diperbolehkan mengcopy paste artikel ini.
Blog, Updated at: 20:43
Selamat Hari Ibu,,, sayangi Ibu, semoga kita menjadi anak sholih...amin..
ReplyDelete