Sumber gambar : google.com |
Tadi siang saya ditanya oleh salah satu siswa di sekolah, Bapak apa sih motto hidupnya? Sejurus, saya langsung menjawab. Motto hidup bapak adalah “berjuang, berjuang dan terus berjuang”. Jawaban ini adalah reaksi spontan dari mulut saya, seketika dan tiba – tiba. Tidak tahu kenapa jawaban ini yang kemudian muncul, tapi yang jelas saat itu seperti ada yang mendorong dalam diri untuk mengatakan ini.
Meski motto itu muncul seketika, tapi kata – kata diatas sudah tak asing lagi bagi saya. Kata berjuang memang seperti sudah mendarah daging dalam diri saya. Terlebih setelah sering mendengar beberapa ceramah dari Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), kata berjuang ini seperti tak pernah tergantikan dengan kata yang lain. Beberapa penggalan ceramah Cak Nun tentang berjuang tersebut antara lain :
"Hidup itu bukan memetik nomer satu, Hidup itu menanam. Hidup itu bukan sukses nomer satu, Hidup itu berjuang. Jadi temukanlah kegembiraan dalam berjuang melebihi kegembiraan dari keberhasilan perjuangan itu". -Emha Ainun Nadjib-
"Tugas kita hanya menanam dan menanam (berjuang dan berjuang). Panen atau tidak (ada hasil atau tidak) nantinya itu urusan Tuhan." -Emha Ainun Nadjib-
Saya selalu ingat pada kisah seorang pemecah batu gagah perkasa yang berjuang untuk menghidupi keluarganya. Suatu hari, saat semua batu kecil telah habis, ia berhadapan dengan sebuah batu yang sangat besar untuk dihancurkannya. Ia pun mau tak mau harus memecahkan batu tersebut demi kehidupan keluarganya. Satu, dua sampai sepuluh dan tiga puluh pukulan palu besar telah di hantamkannya. Tapi batu tersebut masih belum bisa hancur. Keringat pun mulai bercucuran diseluruh badannya. Karena teringat dengan keluarganya dirumah, ia kembali mengayunkan palu besarnya untuk menghancurkan batu besar itu. Namun, hingga pukulan ke-70, hasilnya masih nihil. Batu hanya retak sedikit. Tak biasanya ia memecahkan batu hingga pukulan ke-70. Tiba – tiba bersamaan dengan kelelahan yang melanda dirinya mulai terbersit pula rasa frustasi dan putus asa. Ia pun berfikir bahwa mungkin ia harus mencari uang dengan cara yang lain, tidak dengan memecahkan batu lagi.
Sesaat sebelum ia akan pulang, ia berjumpa dengan seorang lelaki paruh baya yang beruban dan berjalan doyong. Lelaki tua itu bertanya kepada pemuda tentang kegelisahan diwajahnya. Setelah mendengarkan penjelasan pemuda itu, lelaki tua tersebut meminta izin meminjam palu besar yang dibawa pemuda tadi. Dengan sisa – sisa tenaga yang dimiliki, lelaki paruh baya itu mencoba mengayunkan palu besar itu ke batu besar tadi. Satu, dua, tiga kali batu masih tak berkutik, namun ketika pukulan keempat dan kelima, batu itu tiba – tiba hancur.
Pemuda itu terheran – heran dengan apa yang ia lihat. Ia hampir tak percaya dengan apa yang telah ia saksikan. Bagaimana mungkin seorang lelaki tua bisa menghancurkan batu sebesar itu?. Lalu ia bertanya kepada pak tua tadi. Apakah bapak punya kesaktian hingga mampu menghancurkan batu besar itu? Pak tua itu menjawab kalau ia tak punya kesaktian apapun, ia hanya melanjutkan apa yang sudah dikerjakan oleh pemuda itu. Menurutnya, pekerjaan yang dilakukan pemuda itu tinggal menyisakan beberapa tenaga lagi untuk bisa menghancurkan batu besar itu.
Pelajaran yang bisa kita ambil adalah bahwa jangan sampai ada kata menyerah jika kita ada kemauan. Jangankan sebuah palu, tetesan air pun jika terus – menerus menghantam batu, maka batu itu lama – kelamaan akan hancur juga. Inilah yang dinamakan dengan hidup dengan sebenar - benarnya hidup. Memang tak ada jaminan bahwa apa yang kita perjuangkan akan menemukan hasil yang kita harapkan. Tapi apakah kita hanya akan menjadikan diri kita sebagai “man result”.
Sungguh sempitnya jika kehidupan ini cuma berfokus pada hasil. Berjuang akan membuat diri kita tangguh, kuat dan bertenaga. Soal hasil itu urusan Tuhan. Saya mau bertanya kepada anda, jika anda menanam padi, siapakah yang telah membuat padi – padi menguning? Siapa pula yang bisa membuat ayam - ayam bertelur? Siapa juga yang bisa membuat biji buah durian itu tumbuh menjadi pohon dan kemudian berbuah? Penentu dari semua itu tentunya adalah Tuhan yang Maha segala – galanya.
Karena hasil dari perjuangan itu mutlak berada pada keputusan Tuhan, maka yang perlu kita lakukan setelah berusaha dan berjuang keras adalah berdo’a. Namun, bagi saya prosentase berjuang mustinya lebih besar dari berdo’a. Karena kalau anda hanya rajin berdo’a setiap hari tanpa berjuang, apakah anda akan memperoleh rezeki. Tidak, anda harus keluar rumah, anda harus berjuang untuk menjemput rezeki itu. Diluar sana, tidak hanya keahlian dan tenaga yang harus anda pertaruhkan, anda pun mau tak mau harus merelakan waktu anda untuk berjuang. Maka sejatinya berjuang adalah sebuah eksistensi manusia. Namun berjuang yang sejati dan berati adalah perjuangan yang tanpa henti sampai mati.
Rawa Belong, 25 April 2014
menyelesaikan sampai akhir memang butuh perjuangan. kadang motivasi jadi turun kalo belum liat hasil ya, kak
ReplyDeleteyup begitulah... :)
ReplyDelete