Sumber gambar : google.com |
Saat ku berjalan lunglai sehabis seharian bekerja
Kulihat dilayar itu kalian sedang pidato, berdebat kata orang – orang
Kuputuskan dengan setengah hati untuk melihat, sembari istirahat
Pesan nasi setengah, tahu dan tempe serta kuah sop seadanya
Dalam keriuhan itu, anda sekalian duduk tenang disana
Lalu, kudengar kata demi kata meluncur dengan indah dari mulutmu
Membuat kami terkesan dan terkagum – kagum
Hingga dibeberapa saat ku berhenti dari makanku
Semakin lama, kata – katamu semakin menjadi – jadi
Jadi merah, kuning, biru, putih dan terkadang abu - abu
Dan akhirnya dari terpana, lama – lama aku jadi skeptis
Dari perdebatan itu, aku jadi paham
Kalian bukan buat kami yakin, malah kami tambah binggung
Kalian terlalu banyak janji yang berlebihan
Aku bukan tak yakin akan keyakinan kalian mewujudkan janji itu
Aku hanya masih melihat manusia dalam dirimu
Manusia yang selalu punya kekurangan dan kelemahan
Tak usah membuat visi atau apalah yang kami tak mengerti artinya
Cukup kau buat kami hidup layak dengan sandang, papan dan pangan
Merata untuk kami semua, bukan untuk segelintir orang
Menjelang akhir debat aku jadi curiga dengan keriuhan itu
Keriuhan yang mungkin ada disana dan tak disini
Untuk apa dan untuk siapa kau bicara seperti itu?
Batavia, 6 Juli 2014
2 :21
wah, keren nih puisinya. ini puisi kan ya?
ReplyDeletememang yang lebih penting itu tindakan. tapi yah, untuk sekarang kan mereka emang cuma bisa janji dulu. semoga nanti ditepati
wah, makasih banget nih buat komen nya mas Arman. ini bisa dibilang apa saja kok, puisi atau prosa atau yang lain boleh. Yang pasti ini adalah karya fiksi, tp mungkin juga karya non-fiksi. Fleksibel. hehehe :) Semoga memang janji-janji yang sudah dibicarakan bisa ditepati kalo sudah jadi presiden, siapapun itu presidennya.... amiin
ReplyDelete