Dari Modal Rp 100 Ribu Hingga Omzet Rp 212 Juta/Bulan

Written By Asepsandro on Friday 1 June 2012 | 20:54

Abdul Rahman Hantiar, Owner ProdusenBatik.com

Jatuh bangun usaha sudah merupakan bagian tak terpisahkan dari kisah perjalanan bisnis Abdul Rahman Hantiar. Meski hanya dimulai dengan modal yang sangat minim, berkat ketekunan dan semangat pantang menyerah kini Hantiar telah sukses meraup omzet Rp 212 juta/bulan. Seperti apa usaha yang ia jalankan? Reported By Asep Irwan.

Sambutan hangat datang dari Abdul Rahman Hantiar ketika Peluang Usaha menemuinya di kantor marketing-nya di Tamrin City. Dengan jadwal yang padat, beliau masih bisa menyempatkan dirinya untuk diliput dan diwawancarai. Dengan antusias, ia bercerita tentang lika – liku usaha yang dirintisnya ini sejak tahun 2006 silam. Jiwa entrepreneur memang telah melekat dari dalam diri Abdul Rahman Hantiar sejak ia kuliah di Yogyakarta. Pada tahun 2001 ia memulai usahanya disektor jasa pembuatan program atau software komputer sambil kuliah. Pada tahun 2005 ternyata usahanya tersebut mengalami kegagalan karena kekurangan modal. Namun ia pantang menyerah, ia yakin ada bagian dari ikhtiarnya yang belum maksimal.

Sampai suatu saat ia bertemu dan bergabung dengan komunitas tangan diatas (TDA) yaitu sebuah komunitas bisnis yang bervisi menjadi Tangan Di Atas atau menjadi pengusaha kaya yang gemar memberi kepada sesamanya. Dari sinilah ia mulai mendapatkan lagi kepercayaan dan kekuatan dirinya kembali. Dari komunitas ini Hantiar begitu ia disapa bertemu dengan banyak pengusaha lain yang saling membatu. Hantiar mengakui bahwa ia sangat terbantu dengan adanya komunitas ini. Dengan komunitas ini ia dapat saling sharing permasalahan yang ia alami dilapangan.

Setelah kepercayaan dan kekuatan usaha mulai bangkit lagi, ia menggandeng Abah Raditya, rekan barunya dari komunitas tangan diatas untuk bersama – sama menjalankan bisnis baru di bidang perdagangan. Karena banyaknya pengusaha TDA yang berbisnis busana muslim, ia mencoba sedikit berbeda dengan bergerak dibisnis batik. Namun, pada awal usahanya pada tahun 2006 tersebut pasar batik dinilai tak seramai saat ini. “Saat itu batik belum terlalu populer seperti saat ini, namun kami tetap optimis dan terus berikhtiar” tutur ayah satu anak ini.

Sampai pada akhirnya pada tahun 2008 Hantiar mengikuti sebuah pameran UKM yang diselenggarakan oleh pihak KBRI di Perancis. Saat itu batik yang dibawanya mendapat respon yang cukup positif dari pengunjung pameran. Dari sinilah ia semakin yakin jika usaha batiknya akan berkembang. Pada tahun 2010 Hantiar pun mantap mengembangkan bisnisnya ke kalangan korporat. Terdapat hal unik dari kisah perjalanan bisnis yang dilakukan oleh Hantiar. Hal unik tersebut adalah tentang modal awal yang dikeluarkan olehnya, karena usaha batik yang dirintisnya ini dimulai hanya dengan modal Rp 100 ribu. Modal tersebut Rp 93 ribu ia gunakan untuk promosi iklan produk batiknya di Tabloid Nova, sedangkan sisanya Rp 7 ribu ia gunakan untuk sewa warnet. “Bisnis ini saya mulai hampir dengan tanpa modal, namun dengan jaringan yang saya miliki saya sanggup menjalankannya” jelas Hantiar

Dengan jaringan yang dimilikinya, saat itu Hantiar menjalankan modal yang minim tersebut dengan sistem drop ship (makelar). Dengan cara dan strategi yang kreatif yaitu dengan menghubungi rekanan yang mampu membuat batik jika ada pembaca iklan yang menghubungi dan memesan batiknya, ia sukses menjual 6 pcs batik ke konsumen kala itu.

Prospek dan persaingan. Ketika ditanya prospek bisnis batik, terutama batik bola, pria yang hobi musik dan komputer ini menuturkan bahwa prospeknya saat ini masih cukup bagus. Terutama jika pelaku usaha batik yang berani untuk mentarget kalangan korporat (corporate base), yang dianggap Hantiar memiliki peluang dan pasar yang masih sangat terbuka daripada pasar biasa. Keuntungan pun bisa diambil dengan margin yang cukup besar, karena pesanan dari korporat biasanya dalam jumlah yang banyak. Terbukanya corporate base ini menurut Hantiar adalah karena kebanyakan produsen - produsen (terurtama di Jawa Tengah) masih belum bisa menyajikan profesionalisme atau sesuatu yang lebih glamour, lux dan elegan ketika berhadapan dengan korporate. “Korporate selalu ingin sesuatu yang profesional dan terbaik karena mempertaruhkan nama perusahaannya ketika launching seragam yang ketika itu diliput media massa. Inilah yang membuat saya kemudian mengembangkan pemasaran ke korporat” terang Hantiar.

Produk. Dalam perjalanan 6 tahun usahanya, Hantiar telah mampu menciptakan 3 jenis batik yaitu batik lesungwaru, batik bola dan satu jenis batik lain adalah batik customized. Pada awalnya produk batik milik Hantiar adalah batik merk lesungwaru. Batik ini adalah batik kontemporer yang desainnya sangat aktual dan mengikuti selera pasar. Tidak ada motif batik tertentu seperti batik mega mendung, batik pringgondani atau batik sekar jagad dll yang terkonsep pada keseluruhan batik milik Hantiar. Menurutnya kebanyakan produk batik sekarang sudah tidak mengikuti pakem khusus dengan motif tertentu, yang ada adalah batik tersebut sudah beregenerasi menjadi batik kontemporer yang motifnya sudah bervariasi. Motif batik miliknya adalah kombinasi beberapa motif dan kadang pula dikombinasikan dengan pembaruan motif batik baru ciptaannya. Menurut pengakuan Hantiar, permintaan pasar dan konsumen saat ini sudah tidak lagi merujuk pada motif batik tertentu, namun kecenderungannya adalah motif batik yang up to date dan modern.

Dalam hal update motif batik, Hantiar menjelaskan bahwa dirinya tidak memiliki schedule rutin untuk melakukan itu. Ia hanya merasa kalau sudah waktunya, ia akan melakukan update tersebut dengan jalan – jalan ke pasar mengamati perkembangan batik yang ada. Bahkan karena sekarang ia sudah memiliki tim R&D (Riset and Development), update motifnya dilakukan oleh tim tersebut.

Produk batik Hantiar berikutnya adalah batik Bola yang dimulainya pada awal tahun 2012. Inspirasi untuk membuatnya datang dari ketika ia jalan – jalan di Pasar Pagi Mangga Dua dan melihat batik bola yang dijual disebuah toko. Darisanalah ia memulai membuat produk batik bola. Batik bola yang pertama kali ia buat adalah batik bola Klub Barcelona, yang dianggapnya memiliki nilai jual yang lebih karena prestasi klub saat itu. Setelah itu batik bolanya berkembang pada klub – klub Eropa yang lain seperti Manchester United, AC Milan, Liverpool, dan yang terbaru pada bulan Mei kemarin adalah batik Real Madrid, Inter Milan dan Juventus. Sedangkan untuk permintaan terbanyak dari konsumen saat ini adalah batik bola Manchester United, AC Milan dan Barcelona.

Khusus batik bola miliknya diakui oleh Hantiar memiliki gaya yang berbeda dengan batik bola yang lain. Differensiasi produknya tercermin pada tampilan logo atau lambang klub yang menjadi kesatuan motif batik. Jika kebanyakan kemeja batik bola melekatkan logo klub dengan tampilan yang cenderung sesuai logo sebenarnya, Hantiar berani untuk sedikit berbeda, ia memodifikasi tampilan logo klub hingga menghasilkan logo putih – transparan seperti pada logo klub AC Milan, Barcelona dan Inter Milan. Tampilan logo ini akan terlihat seperti bukan batik bola jika dilihat dari kejauhan, namun jika dilihat dari dekat barulah logo klub akan terlihat. Perbedaan lain yang disajikan adalah logo inti klub (bukan logo klub secara keseluruhan) seperti pada logo klub Manchester United dengan gambar “setan merah”nya saja dan Liverpool dengan gambar “burung liver” nya saja.

Selain kedua produk diatas, Hantiar juga melakukan terobosan yaitu melayani batik customized. Hal ini tidak lain dilakukannya guna memenuhi permintaan korporat. Sampai saat ini sudah ratusan korporat yang telah memakai batik customized buatannya seperti BCA, Bank Mandiri Syariah, Prudential dll. Untuk batik customized, ia sangat fleksibel dan bergantung pada kesepakatan kedua belah pihak. Bahan dan Motif batik bisa berasal dari pihak pemesan ataupun dari dirinya.

Terkait harga, Hantiar menarget segmen menengah dengan mematok harga menurut kategori pembelinya. Untuk kalangan korporat ia memasang harga kemeja Rp 85 ribu dan blues Rp 95 ribu. Untuk distributor harga kemeja diturunkan menjadi Rp75 ribu dan blues menjadi Rp 85 ribu. Untuk resseler dan pembelian satuan secara langsung ia menyarankan untuk membelinya kepada distributor terkecuali bagi kawan dan kerabatnya yang telah mengenalnya dirinya telah lama.

Batik produksi Hantiar memiliki kelebihan di kualitas bahan yang awet, nyaman dan motif yang trendy. Satu aspek lain yang ia tonjolkan dari bisnisnya dengan pelaku usaha lain adalah ketepatan waktu ordering atau pemesanan. Dalam hal ini Hantiar sangat concern dan hati – hati, ia sangat menjaga dan menghormati deal yang yang telah disepakati bersama dengan klien. Karena menurutnya, kontrak dan deal adalah sebuah kepercayaan dan tanggungjawab yang mempertaruhkan nama dan keberlangsungan bisnisnya.

Bahan baku dan alat. Untuk keseluruhan produk batiknya, Hantiar menggunakan bahan katun konstruksi 40 s atau katun primisima kualitas nomor satu. Bahan yang telah dibelinya tersebut kemudian di printing oleh mitra produksinya. Dari bahan dan printing, semua didapatkan satu paket dari Mitra produksinya tersebut dengan biaya Rp 25 ribu/yard (1 yard setara dengan 0,9144 meter). Untuk menjadi mitra produksi, Hantiar harus membeli dan mencetak minimal 10 gulung kain atau 1000 meter kain (untuk 500 pcs batik).

Setelah batik dicetak atau diprinting, bahan dibawa ke rumah produksinya di Jl. Pahlawan Revolusi, Komplek Anggaran No. 12, Pondok Bambu, Jakarta Timur untuk dilakukan proses pemotongan dan penjahitan. Semua proses pemotongan dan penjahitan bahan dilakukan oleh karyawan jahitnya yang sekarang berjumlah 9 orang . Dalam proses pemotongan dan penjahitan peralatan yang telah dimiliki seperti 9 unit mesin jahit, 6 unit mesin kancing, dan 5 unit mesin obras. Proses produksi ini dikerjakan dengan memotong gulungan kain katun menjadi 2 x 2 meter kain untuk kemudian dipotong lagi sesuai desain kemeja atau blouse.

Setelah kemeja dan blouse batik sudah jadi, proses terakhir adalah finishing. Proses finishing dalam hal ini adalah proses quality control, labelling (pemasangan label) serta packaging (pengemasan) yang dilakukan oleh 3 orang karyawannya. Barang – barang yang masih kotor dan kurang rapi, di kembalikan lagi untuk diperbaiki kembali sedangkan yang sudah bagus, dilipat dan kemudian dimasukkan ke dalam plastik kemasan. Pembelian bahan baku tidak selalu rutin dilakukan oleh Hantiar, namun jika dirata – rata dari permintaan perbulan ia setidaknya belanja bahan kurang lebih sekitar 5000 meter/bulannya.

Pemasaran. Sejak awal usahanya sampai saat ini, pemasaran sistem online tak pernah Hantiar tinggalkan, hal ini lebih dikarenakan keahlian IT yang dimilikinya. Pemasaran sistem online tersebut seperti memasang iklan baris di portal berita digital, iklan baris google, membuat online store via website serta membuat account di facebook dan twitter. Dengan semakin bertambahnya modal dari perputaran uang dan lagi-lagi dengan kekuatan jaringan yang dimilikinya, pria kelahiran Banjarmasin, 32 tahun yang lalu ini kemudian membuka toko batik di ITC Mangga Dua. Toko tersebut adalah toko milik temannya yang kemudian dipinjamkan kepadanya dengan pembayaran setelah 6 bulan usaha berjalan.

Pemasaran lewat offline store ini hanya berjalan dua tahun. Hal ini memang sengaja dilakukan oleh Hantiar karena ia melihat adanya peluang yang lebih besar daripada penjualan offline store. Peluang besar yang dimaksud adalah pasar korporat. Adalah sebuah web buatannya sendiri yaitu www.produsenbatik.com yang membuat bisnis Hantiar akhirnya masuk wilayah korporat. Bukan juga sebuah kebetulan jika dicermati, karena dari keahlian dan ilmunya sebagai sarjana Komputer dirinya mampu membuat website yang menarik dan mampu bertengger di halaman dan baris pertama google. Dari kondisi ini siapapun yang mengetik kata produsen batik di mesin pencari terbesar itu maka akan menampilkan www.produsenbatik.com langsung ditampilan pertama. “Jadi klien korporat kita yang pertama itu mengatakan kepada kita kalau dia melihatnya di website, lalu mereka tanya-tanya, lalu kita diundang ke kantornya untuk presentasi, setelah cocok kita deal, tandatangan kontrak lalu kita eksekusi kontrak tersebut” Ujar pria penyuka film The Messenger ini.

Order barang kadang kala juga datang dari koneksi teman – teman Hantiar. Faktor jaringan juga merupakan faktor penting bagi bisnisnya selama ini. Jadi kadang ada teman – temannya yang telah menang tender, namun karena keterbatasan waktu yang ada, mereka melimpahkan sebagian ordernya kepada pihaknya. Ada pula semacam sistem arisan dari teman – teman pengusaha batik, jadi jika sedang sedikit order yang datang, maka dirnya dan teman – temannya menggilir antara satu dan yang lain untuk sama – sama menerima order secara bergantian.

Dalam usaha batiknya, Hantiar juga membuka diri kepada siapa saja yang ingin menjadi distributor untuk produknya. Namun untuk resseler, sampai saat ini ia belum bisa menerima, karena biasanya ia langsung merujukkannya ke distributor. Untuk yang tertarik menjadi distributor, ayah satu anak ini mengatakan bahwa calon distributor tinggal telepon saja dan nantinya mampu untuk memesan minimal 100 pcs. Sistem distributor yang dijalankan adalah sistem putus, namun jika ada barang yang reject maka diberlakukan ketentuan retur. Disini agen distributor dapat menjualnya lagi 2 kali lipat dari harga yang ditetapkan Hantiar.

Sampai saat ini, Hantiar telah mampu menggaet puluhan korporat dan distributor. Pemasaran batiknya juga telah mencapai seluruh Indonesia dan kawasan Eropa (Perancis dan Belanda). Dalam sebulan ia telah mampu menjual kurang lebih 2500 pcs dimana 2000 pcs datang dari korporat dan 500 pcs datang dari distributor. Dengan semangat pantang menyerahnya usaha yang telah dirintis Hantiar selama enam tahun ini telah mampu meraup omzet Rp 212,5 juta dengan keuntungan 30%.

Kendala. Pada awal usaha, sebenarnya Hantiar sudah mendapat banyak order tapi karena terbatasnya modal dan terbatasnya penjahit maka usaha ini tak terlalu berjalan cepat. Untuk mengatasinya saat itu Hantiar minta tempo waktu pembayaran kepada pihak mitra makloon, kalaupun tidak memungkinkan Hantiar akan agak memaksa kepada buyer untuk membayar uang muka terlebih dahulu. Sekarang kendala yang dihadapi Hantiar lebih kepada banyaknya penipuan yang semakin marak. Dalam hal ini ia harus lebih berhati – hati lagi ketika menjalin kerjasama dengan para calon buyer. Ketika ditanya obsesi kedepan, Hantiar hanya tersenyum, ia mengatakan bahwa dirinya tidak mentargetkan apa – apa, ia hanya mengalir saja dengan tetap berikhtiar. Bagi yang ingin memulai usaha batik ini, Hantiar juga berpesan agar tidak mudah putus asa dan pantang menyerah dengan keadaan dan tantangn dalam berbisnis. Asep Irwan.

Info lebih lanjut dapat menghubungi :
ProdusenBatik.com
Jl. Pahlawan Revolusi, Komplek Aggaran No. 12, Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Tlp : 021 – 86603637, 08179400861
PIN BB : 21C3C24F
Website : www.produsenbatik.com
Email : mashantiar@yahoo.com

Ditulis Oleh : Asepsandro ~asepsandro

Muh.Akram Anda sedang membaca artikel berjudul Dari Modal Rp 100 Ribu Hingga Omzet Rp 212 Juta/Bulan yang ditulis oleh asepsandro yang berisi tentang : Dan Maaf, Anda tidak diperbolehkan mengcopy paste artikel ini.

Blog, Updated at: 20:54

3 komentar:

  1. Saya Mau Donk Mas Jd Reseller Batik nya...
    gimana Cara nya...??

    ReplyDelete
  2. Luar Biasa.

    Terima kasih, sudah bersedia untuk berbagi ilmu.

    Salam,

    ReplyDelete
  3. Ko websie www.produsenbatik.com eror?

    ReplyDelete