Fenomena Akuisisi Klub oleh Artis, Tanda Kebangkitan Sepak Bola Nasional?

Written By Asepsandro on Tuesday 15 June 2021 | 13:33


sumber gambar: VOI.id

Meskipun Timnas masih terus menjalankan agendanya, tapi dengan belum berjalannya kompetisi liga membuat sepak bola nasional bisa dikatakan sedang tidak baik-baik saja. Kompetisi memang dapat dijadikan acuan perkembangan sepak bola di suatu negara.

Rasanya jeda 1 tahun hilangnya liga, cukup membuat banyak hal jadi carut marut. Ketidakjelasan mengenai kapan dimulainya liga dengan dalih pandemi Covid-19 tersebut membuat manajemen klub tidak bisa berbuat banyak. Hasilnya nasib pemain pun digantung, beberapa bahkan dipersilahkan keluar mencari klub baru.

Lagi-lagi persoalan gaji menjadi faktor utama dibalik hengkangnya beberapa pemain dari Liga 1. Pihak sponsor memang tak mau ambil risiko dengan dihentikannya kompetisi. Bagi klub besar yang disokong banyak dukungan dana, bisa jadi mampu menghadapi situasi ini. Tapi bagi klub kecil, jeda kompetisi jelas merupakan pukulan telak.

Rasanya baru saja mendengar sayup-sayup gempita di liga 1 saat Persib berhasil mendaratkan sosok legenda Chelsea dan Real Madrid yakni Michael Essien. Belum lagi nama Peter Odemwingie yang direkrut Madura United dan Mohamed Sissoko yang digaet Mitra Kukar. Transfer para pemain top Eropa ini tentu menjadi pertanda hidupnya industri sepak bola nasional kala itu.

Keuangan Klub Adalah Koentji?

Salah satu indikator perkembangan sepak bola di suatu negara memang bisa dilihat dari derasnya arus kas yang masuk ke klub hingga mampu membeli pemain-pemain mahal dan berkelas. Di sisi lain dengan dengan keuangan klub yang sehat, para pemain pun bisa dengan nyaman, tenang serta yakin meniti karirnya di sepak bola.

Atmosfer sepak bola nasional seharusnya bisa membuat kas klub terus terisi. Pasalnya fanatisme para suporter yang besar selalu menjadi daya pikat para sponsor untuk mau menggelontorkan uangnya. Hal ini sebenarnya sudah terbukti dengan nama-nama besar sponsor yang pernah masuk ke industi kompetisi liga atau ke klub. Tanpa sebut nama tentu teman-teman sudah bisa menebak beberapa sponsor besar tersebut.

Akuisisi Klub Bola Jadi Harapan?

Lalu bagaimana dengan sekarang? Meski kompetisi nasional sedang mati suri, namun optimisme bangkitnya sepak bola nasional bisa kembali dirasakan. Teman-teman tentu sudah mendengar kabar dari kalangan selebriti dan publik figur yang mengakuisisi beberapa klub bola.

Sebut saja seperti aktor Raffi Ahmad yang membeli klub Liga 2, Cilegon United hingga mengubah nama klub tersebut menjadi Rans Cilegon FC. Ada juga youtuber Atta Halilintar yang mengakuisisi klub liga 2 AHHA PS Pati FC serta artis Gading Martin yang membeli Persikota Tangerang. Jangan lupakan juga nama Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo ini telah mengakuisisi klub liga 2 Persis Solo.

Walau klub-klub yang dibeli para pesohor tadi masih berlaga dan berstatus klub liga 2, tapi banyak pakar yang menyebut hal ini sebagai tanda kebangkitan sepak bola nasional, benarkah?

Saya sendiri merasa bahwa fenomena akuisisi klub oleh para publik figur ini merupakan tanda bahwa sepak bola Indonesia yang masih memikat. Untuk mengatakan sebagai tanda kebangkitan nasional, sepertinya masih harus menunggu beberapa waktu. Pasalnya bobroknya sepak bola nasional membuat banyak hal yang harus dan perlu dibenahi.

Bercermin dari Sepak Bola Inggris

Jika mau melihat kasus lain, fenomena akusisi klub ini memang bisa saja membangkitkan sepak bola di suatu negara. Ambil saja satu contoh yakni Inggris. Seperti kita tahu dulu industri sepak bola Inggris tidak begitu menonjol dibandingkan Italia atau Spanyol. Tapi kita lihat sekarang, Industri sepak bola Inggris telah membuat klub-klub di sana bisa mendapatkan pendapatan hak siar yang berkali-kali lipat dibanding klub negara lain.

Sepertinya sosok Roman Abramovich dapat dikatakan sebagai pelopor dan pemicu perkembangan industri liga Inggris. Kala itu di tahun 2003, taipan asal Rusia ini membeli klub Chelsea dengan dana sebesar 140 juta pounds, atau sekitar Rp 2,6 triliun. Dari sini Chelsea kemudian menjelma sebagai klub kaya raya dengan menggaet beberapa bintang seperti Andriy Shevchenko, Fernando Torres dan lainnya.

Tidak berhenti sampai di situ di tahun 2008, konglomerat asal Dubai, Sheikh Mansour membuat perubahan besar pada Manchester City dengan mengakuisisi klub tersebut senilai 210 juta poundsterling (sekitar Rp 4 triliun).

Dari sini beberapa pengusaha dan miliarder negara lain mengikuti jejak Roman Abramovich dan Sheikh Mansour dengan mengakuisisi klub-klub liga Inggris. Pembelian klub oleh orang-orang tajir ini tentu membuat keuangan klub menjadi lebih baik. Mereka pun tak ragu menggelontorkan dana untuk membeli pemain-pemain bintang demi ambisi meraih gelar.

Pertanyaannya, apakah akuisisi dari para artis dan pesohor di negeri ini bisa membuahkan hasil seperti sepak bola Inggris? Saya sendiri tidak berani berspekulasi dan berekspektasi tinggi pada hal tersebut. Mengingat urusan perbaikan sepak bola Indonesia begitu kompleks, menurut saya sepertinya butuh waktu untuk mencapai kebangkitan yang diharapkan. Tapi sebagai fans Timnas dan pecinta sepak bola, saya akan selalu optimis dari apapun, termasuk dari akuisisi klub yang dilakukan para publik figur ini.


Ditulis Oleh : Asepsandro ~asepsandro

Muh.Akram Anda sedang membaca artikel berjudul Fenomena Akuisisi Klub oleh Artis, Tanda Kebangkitan Sepak Bola Nasional? yang ditulis oleh asepsandro yang berisi tentang : Dan Maaf, Anda tidak diperbolehkan mengcopy paste artikel ini.

Blog, Updated at: 13:33

0 komentar:

Post a Comment