Ini adalah
gambaran saya tentang situasi pandemi di Indonesia. Gambaran atau ilustrasi ini
saya ambil dengan setting jalanan di mana kemudian muncul nama “jalanan pandemi”.
Semoga lekas sembuh Indonesiaku..
Pandemi
ini membuat kita seperti berkendara di jalanan yang serba tidak jelas. Sebut
saja jalanan ini bernama “jalan pandemi”
Bukan hanya
jalanan berlumpur dan berbatu, tapi kita sedang berhadapan dengan jalan yang
menggelincirkan ke jurang di kanan dan kiri.
Taruhannya
jelas nyawa. Entah itu jatuh ke jurang atau mengalami kecelakaan fatal jika tak
berhati-hati.
Bahkan
keadaan di jalanan pandemi ini kini semakin membahayakan dengan banyaknya ajakan/hasutan
untuk menutup mata dan tidak mengindahkan jalanan. B*ngst..!!
Bagaimana
mungkin kita bisa berjalan dengan mata tertutup dari keadaan jalanan yang
sangat berbahaya ini?
Dengan membuka
mata saja keselamatan kita masih terancam, apalagi dengan mata tertutup.
Jalanan
pandemi di negeri ini semakin kacau saat tidak adanya petunjuk yang jelas untuk
keluar menuju jalan normal.
Ada yang
menyarankan pengendara untuk berhenti dulu. Sayangnya tidak semua pengendara
yang bisa menghentikan kendaraannya.
Mereka
lapar, butuh makan dan minum untuk terus bisa hidup, pedal gas pun dipacu
kembali.
Beberapa
pembuat aturan dan pengendara yang tidak memahami mereka yang tancap gas
kemudian menyalahkannya.
Di tengah
situasi lapar, jalanan pandemi memang tidak cukup menghadirkan orang-orang yang
empati memberi makan dan minum pada para pengendara.
“Untuk apa
berhenti jika tidak ada bekal makan dan minum? Yang ada kita mati di jalanan
ini”. tukas salah satu pengendara. Mereka pun tancap gas.
Sementara
itu pengatur lalu lintas nampak bingung dengan yang terjadi di lapangan. Mereka
menyangka aturan yang dibuat sudah tepat, sayangnya meleset, bahkan ada yang malah
semakin mengacaukan chaos-nya jalanan. F*ck..!!
Jalanan yang
penuh dengan pengendara ini semakin menjadi carut marut dan membahayakan ketika
banyak dari mereka yang tidak memakai helm.
Helm
memang menjadi sesuatu yang penting untuk digunakan saat berkendara karena dengan
helm kita bisa terhindar dari kecelakaan fatal.
Sayangnya
masih banyak pengendara yang tidak memahami hal ini. Dari mereka ada yang masih
tidak yakin dengan kemampuan helm. Ini masih tidak seberapa, sebab dari
beberapa pengendara malah ada yang tidak percaya dengan helm. Sialnya, mereka bahkan
menganggap helm adalah benda bisa mengancam keselamatan dirinya. Sh*t..!!
Bisikan-bisikan
dan hasutan-hasutan untuk tidak percaya pada helm memang sangat kencang
terdengar di jalanan pandemi ini. Bahkan ada suara hasutan yang begitu di
dengar para pengendara karena berasal dari orang yang dianggap kredibel. Janc*k...!!!
Sementara
para pengendara dan para pembuat aturan berjibaku sendiri-sendiri, para
penyelamat yang datang menolong mereka yang mengalami kecelakaan mengalami
nasib miris.
Memang banyak
yang menyanjung, tapi tidak sedikit juga yang menghasut, mencela dan bahkan
menganiaya.
Dibilanglah
kecelakaan yang dibuat-buat, di-celakai dan lainnya. Bahkan ada satu ajakan
untuk tidak percaya dan tidak datang ke para penyelamat saat mengalami
kecelakaan.
Semakin hari
korban kecelakaan semakin bertambah banyak. Hal ini membuat tempat untuk
mengobati menjadi penuh dan para penyelamat semakin kewalahan. Akhirnya, korban
kecelakaan di jalanan pandemi ini harus dirawat di tempat masing-masing dengan
konsekuensi yang sangat berat yakni meninggal di tempat. Dan keadaan buruk ini ternyata
membuat para penyelamat juga harus menjadi korban.
Melihat korban
jalanan pandemi yang semakin banyak, pembuat kebijakan semakin bingung. Mereka
ada yang menyalahkan pengendara karena tidak mau patuh aturan, tapi mereka lupa
bahwa yang membuat jalanan rusak ini adalah mereka sendiri. F*ck..!!
Para
pengendara pun ada yang mulai ragu dan tidak percaya dengan para pembuat
aturan. Ada yang mengkritik, dan tidak sedikit yang menyuruh mundur dari
jabatan pembuat aturan. Perdebatan sengit pun terjadi dan jalanan pandemi masih
terus merenggut korban ...
Hari-hari
di jalanan pandemi semakin kelabu. Jalanan yang kini semakin banyak dibanjiri
tangis dan kabar-kabar duka dari surau-surau di sekitarnya.
Semoga
kita semua bisa melewati jalanan pandemi ini meskipun berat.
Sempat sembuh
negeriku ...
Ya Tuhan
ampuni kami, selamatkan negeriku ...
0 komentar:
Post a Comment