image source: https://asset.kompas.com/ |
Fenomena Sadbor di Kampung Margasari, Desa Bojongkembar, Sukabumi, menurut saya cukup menarik untuk ditelisik. Apa yang dialami Sadbor alias Gunawan ini bagi saya merupakan antiklimaks atau puncak gunung es dari rentetan kegagalan Pemerintah dalam mengurus negara.
Bagaimana tidak, seperti kita tahu bahwa Gunawan alias Sadbor ini sebelumnya adalah seorang petani. Karena nasibnya tak kunjung membaik, ia pun kemudian mencoba peruntungan jadi konten kreator di Tiktok.
Joget Sadbor dan Pertanian yang Ditinggalkan
Menjadi konten kreator di Tiktok ternyata membuat Sadbor bisa hidup lebih baik. ratusan ribu rupiah bisa ia dapatkan dalam satu hari dari ‘joget Sadbor’ yang ia lakukan bersama teman-temannya. Ia pun menjadi sangat yakin untuk meninggalkan dunia pertanian dan profesi petani yang puluhan tahun dijalankannya.
Tidak berhenti pada dirinya, merasa punya peluang yang lebih besar, Sadbor pun mengajak teman-teman dan tetangganya untuk ikut jadi konten kreator. Gayung bersambut, ternyata banyak warga desa setempat yang tertarik. Begitu banyaknya warga yang ikut, bahkan membuat desa tempat sadbor tinggal menjadi kampung tiktok yang viral.
Petani yang Tidak Sejahtera
Kehidupan petani di Sukabumi dan umumnya di negeri ini, memang semakin memprihatinkan. Selain karena ulah tengkulak, peran Pemerintah menjadi faktor utama mengapa petani di Indonesia semakin sengsara. Bayangkan saja, persoalan pupuk subsidi yang carut marut hingga kebijakan impor yang sangat brutal jelas sangat memukul petani lokal.
Alih-alih membuat kebijakan yang menyejahterakan petani dalam negeri, Pemerintah justru menjerumuskan mereka dalam lubang yang membuat hidup petani semakin tidak sejahtera. Tidak prospeknya profesi petani ini bahkan sudah terlihat dan dibaca oleh generasi muda, di mana banyak dari mereka yang ‘ogah’ jadi petani.
Bukan Salah Sadbor Semata
Maka jika kemudian Sadbor dan kawan-kawannya lebih memilih menjadi konten kreator daripada petani, menurut saya itu bukan salah dia. Bahkan jika pun kemudian Sadbor terjerat kasus promosi judol, itu bukan semata salah Sadbor semata.
Kita harus melihat kasus Sadbor ini secara utuh dan lengkap. Jika melihat apa yang terjadi dengan nasib para petani Indonesia saat ini, maka yang harus disalahkan adalah Pemerintah. Alasannya telah saya sebutkan dalam penjelasan sebelumnya.
Pun jika mau merujuk pada kasus promosi judol yang dilakukan Sadbor, ini juga sebenarnya ada kesalahan Pemerintah yang terbilang sangat lambat dalam bertindak. Bahkan dalam berita terbaru, kita bisa melihat bahwa justru Pemerintah lah yang ternyata membina situs-situs judi online tersebut.
Tertangkapnya 11 staf Komdigi (Kementerian Komunikasi dan Digital) dalam melindungi 1.000 situs judol, sangat bisa dijadikan bukti bahwa negara atau Pemerintah melakukan kesalahan fatal dan gagal dalam memberantas judol dengan cepat.
Jadi kesimpulannya, fenomena Sadbor dan judol yang menyertainya tidak bisa dilihat dari satu bagian atau satu sisi saja. Dengan melihatnya secara komprehensif, kita bisa melihat bahwa negara memang sudah ambrol atau hancur dengan sendirinya karena tidak bisa melindungi petani dan rakyatnya dari bahaya judol.
0 komentar:
Post a Comment